Sabtu, 09 April 2016

Profil Kabupaten Ketapang Kalbar


Kabupaten Ketapang  - Adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Ketapang, sebuah kota yang terletak di tepi Sungai Pawan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 31.240,74 km² dan berpenduduk sebesar 427.460 Jiwa (2010).

Geografi

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Barat, terletak di antara garis 0º 19’00” - 3º 05’ 00” Lintang Selatan dan 108º 42’ 00” - 111º 16’ 00” Bujur Timur.
Dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat, Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas, memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai yang merupakan muara sungai, berupa rawa-rawa terbentang mulai dari Kecamatan Teluk Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata, sedangkan daerah hulu umumnya berupa daratan yang berbukit-bukit dan diantaranya masih merupakan hutan.
Sungai terpanjang di Kabupaten Ketapang adalah Sungai Pawan yang menghubungkan Kota Ketapang dengan Kecamatan Sandai, Nanga Tayap dan Sungai Lau

Batas wilayah

Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Ketapang adalah sebagai berikut:
Utara Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Sanggau
Selatan Laut Jawa
Barat Selat Karimata dan Kabupaten Kayong Utara
Timur Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Sintang     


Iklim

Kabupaten Ketapang beriklim tropis dengan suhu rata-rata 23,70 °C - 26,70 °C dan suhu pada siang hari mencapai 30,80 °C serta memiliki curah hujan rata-rata 3696,1 mm/tahun dengan curah hujan rata-rata per tahun sebanyak 214 kali, sedangkan kecepatan angin adalah 3,1 knot dan merupakan yang tertinggi di Kalimantan Barat.

Ekonomi

Pendapatan utama Kabupaten Ketapang berasal dari bisnis kayu, kelapa sawit, sarang burung walet dan jasa perdagangan. Pertokoan di Ketapang sebagian besar dimiliki oleh etnis Tionghua.

Transportasi

Kota Ketapang dapat dijangkau dari kota lain melalui Bandar Udara Rahadi Oesman dan Pelabuhan Sukabangun Ketapang. Terdapat penerbangan ke Pontianak dan Semarang via Pangkalan Bun. Juga telah ada penerbangan langsung ke Jakarta oleh armada Aviastar dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam.
Transportasi antar desa di Ketapang menggunakan bus, kapal cepat (speed boat). Terdapat bus dari Ketapang ke Sukadana (ibukota Kabupaten Kayong Utara dengan jarak tempuh 80 km, sekitar 2 jam perjalanan.
Transportasi di tengah kota dapat menggunakan angkot yang dalam bahasa setempat disebutoplet (mobil jenis minibus atau van) serta oje

»»  readmore...

WHW Kendawangan Pabrik Alumina Terbesar Pertama di Indonesia






Kendawangan - WHW Kendawangan pabrik alumina terbesar pertama di Indonesia. Indonesia segera memiliki pabrik pengolahan bauksit (smelter alumina) pertama. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari mengatakan pabrik yang rencananya dibangun di Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat tersebut merupakan investasi dari PT Well Harvest Winning Alumina.


"Hingga saat ini di Indonesia belum ada pabrik yang bisa mengolah bauksit menjadi alumina seperti itu. Biasanya Indonesia mengimpor alumina langsung dari luar negeri. Jadi, ini yang pertama," kata Ansari di Kantor Kementerian Perindustrian, di Jakarta.

Well Harvest Winning Alumina merupakan perusahaan patungan investasi lokal dan Cina. Investor lokal oleh PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) memegang kepemilikan 25 persen saham dan sisanya oleh China Hongqiao Group Limited 60 persen, Winning Investment (HK) Company Limited 10 persen dan PT Danpac Resources Kalbar 5 persen.

Menurut Ansari, nilai investasi pembangunan pabrik ini sebesar US$ 1 miliar (sekitar Rp 9,8 triliun) dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta ton alumina per tahun. Realisasi nilai investasi tersebut akan dibagi dalam dua tahap, yakni pada 2013 hingga pabrik berdiri pada 2015 pabrik beroperasi sebesar US$ 500 ribu dengan kapasitas 1 juta ton alumina. Setengahnya lagi pada 2016, ketika pabrik sudah beroperasi selama 1 tahun.

Pembangunan pabrik ini, kata Ansari, guna merespons diberlakukannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu-bara dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012. Kedua beleid tersebut menyatakan untuk segera melakukan program peningkatan nilai tambah produk pertambangan, serta kewajiban mengolah dan memurnikan mineral di dalam negeri.

"Jadi pada 2014 mendatang produk minerba tidak lagi impor," ujar Ansari. Menteri Perindustrian M.S Hidayat, menurut Ansari, akan dijadwalkan turut menghadiri acara peletakkan batu pertama pembangunan pabrik tersebut. Dia mengatakan, pembangunan pabrik ini sangat didukung oleh pemerintah.

Sebab pembangunan pabrik akan memperkuat struktur industri aluminium nasional. Sebagaimana terjadi di struktur sektor industri lainnya, industri aluminium nasional mengalami kekosongan di sektor hulu. Namun baru mulai ada pemainnya di sektor antara dan ramai pemain di sektor hilir.

Pemerintah telah memberikan skema insentif fiskal, di antaranya pembebasan pajak penghasilan untuk periode waktu tertentu (tax holiday) untuk mendorong investasi di sektor hulu aluminium. Struktur industri aluminium nasional terputus karena bauksit sebagai bahan baku utama 100 persen diekspor ke luar negeri.

Setelah menjadi alumina, industri nasional mengimpornya 100 persen untuk diolah menjadi aluminium ingot. Hingga saat ini, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), yang merupakan satu-satunya produsen ingot nasional mendapatkan pasokan alumina 100 persen dari impor. Berdasarkan data Inalum, total kebutuhan aluminium nasional diestimasikan sebesar 500 ribu ton per tahun.

Sedangkan Inalum hanya mampu mensuplai aluminium ingot untuk pasar domestik sebesar 100 ribu ton per tahun. Dalam industri pengolahan bauksit menjadi alumina ada dua jenis, yakni chemical grade alumina yang produk hilirnya merupakan industri kimia, seperti kosmetik. Jenis lainnya adalah smelter grade alumina, yang produk hilirnya adalah industri aluminium.

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) juga sudah menyatakan minatnya berinvestasi untuk dua jenis pengolahan bauksit. Yakni investasi pengolahan bauksit yang chemical grade alumina, melalui proyek Tayan di Kalimantan Selatan dengan nilai investasi US$ 450 juta.

Serta investasi smelter grade alumina untuk proyek di Mempawah, Kalimantan Barat senilai US$ 1 miliar. Aneka Tambang menggandeng Hangzhou Jinjiang Group, China. Hangzhou akan menguasai 51% saham dan Aneka Tambang 49% pada proyek tersebut. Rencananya proyek Mempawah akan memiliki kapasitas 1,2 juta ton per tahun.
ADS

»»  readmore...